Rasulullah SAW membahagikan Ramadhan itu kepada tiga fasa
semalam sebelum terawih tu, tuan pengerusi mesjid bagi sedikit tazkirah ringkas tentang fasa bulan Ramadhan.. dan balik tu terus lah tanya cik google untuk nak baca lebih lanjut lagi. kak rose jumpa perkongsian ini dari sini... terima kasih perkongsiannya dan izinkan kak rose sharekan kat sini pulak. jom kita baca..
Sebulan itu
30 hari. Rasulullah membahagikan Ramadhan itu kepada tiga fasa. Fasa pertama
adalahrahmat, fasa kedua pula keampunan dan fasa terakhir adalah perlepasan
dari api neraka. Secara mudahnya 10 hari pertama adalah untuk rahmat, 10 hari
kedua untuk keampunan dan 10 hari ketiga adalah jaminan pelepasan dari api
neraka.
Ramadhan
dikurniakan kepada umat Muhammad dengan kelebihan-kelebihan tertentu. Antara
yang terdapat dalam bulan ini dan tidak terdapat dalam era orang-orang
terdahulu adalah Lailatul Qadar. Ulama berpendapat bahawa malam istimewa ini
berada di celahan malam-malam 10 terakhir Ramadhan.Dan juga berada pada malam
yg bernombor ganjil sperti 21,23,25,27,28,29. Wallahua'lam. Namun sekali
mendapatnya, pasti tergolong dari kalangan jutawan ibadah. Semalam beribadah
nilainya dengan seribu bulan bersamaan 83 tahun. Cukup bernilai hadiah yang
dikurniakan Allah kepada umat Muhammad.
Keutamaan 10
Hari Pertama
Pada 10 hari
pertama ramadhan telah diriwayatkan sebagai hari-hari diturunkannya rahmat dari
Allah kepada manusia. Pada 10 hari pertama ini kita akan banyak mendapatkan
limpahan pahala dari berbagai amalan-amalan yang kita lakukan selama berpuasa.
Keutamaan 10
Hari Kedua
Setelah
melewati 10 hari pertama ramadhan, sekarang kita akan memulai fasa kedua bulan
ramadhan atau fasa 10 hari pertengahan ramadhan dimana keutaman fase kedua ini
adalah Allah banyak memberikan maghfirah atau ampunan. Inilah saat yang tepat
bagi kita untuk meminta ampun atas dosa-dosa kita dengan memperbanyak dzikir
dan meminta ampunan, meminta agar semua dosa-dosa kita di maafkan dan diterima
tobat kita.
Tidak ada
bulan-bulan lain yang sebaik bulan ramadhan, maka itu janganlah kita
menyiakannya, agar kita tidak menjadi orang yang rugi.
Keutamaan 10
Hari Terakhir Ramadhan
Bulan
Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi orang-orang yang bertaqwa
dan ladang amal bagi orang-orang shaleh. Terutama, sepuluh hari terakhir
Ramadhan.
Sebagian
ulama kita membagi bulan ini dengan tiga fasa: fasa pertama sepuluh hari awal
Ramadhan sebagai fasa rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai fasa maghfirah dan
sepuluh akhirnya sebagai fasa pembebasan dari api neraka. Sebagaimana
diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya
rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
Dari ummul
mukminin, Aisyah ra., menceritakan tentang keadaan Nabi SAW. ketika memasuki
sepuluh hari terakhir Ramadhan: “Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir
Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan
keluarganya.”
Apa rahasia
perhatian lebih beliau terhadap sepuluh hari terakhir Ramadhan? Paling tidak
ada dua sebab utama:
Sebab
pertama, kerana sepuluh terkahir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan,
sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannnya atau akhirnya.
Rasulullah SAW berdo’a:
“اللهم اجعل خير عمري آخره وخير عملي خواتمه وخير أيامي يوم ألقاك”
“Ya Allah,
jadikan sebaik-baik umurku adalah penghujungnya. Dan jadikan sebaik-baik amalku
adalah pamungkasnya. Dan jadikan sebaik-baik hari-hariku adalah hari di mana
saya berjumpa dengan-Mu Kelak.”
Jadi, yang
penting adalah hendaknya setiap manusia meangakhiri hidupnya atau perbuatannya
dengan kebaikan. Karena boleh jadi ada orang yang jejak hidupnya melakukan
sebagian kebaikan, namun ia memilih mengakhiri hidupnya dengan kejelekan.
Sepuluh akhir
Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia
mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya
untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan
ini.
Sebab kedua,
karena dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul qadar,
karenalailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan,
sesuai dengan firman Allah swt.
إنا
أنزلناه في ليلة القدر
“Sesungguhnya
Kami telah turunkan Al Qur’an pada malam kemulyaan.”
Allah swt.
juga berfirman:
شهر
رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من الهدى
والفرقان
“Bulan
Ramadhan,adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda -antara yang hak dan yang
batil-.”
Dalam hadits
disebutkan: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan di dalamnya ada
lailatul qadar, malam lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa diharamkan
darinya maka ia diharamkan mendapatkan kebaikan seluruhnya. Dan tidak
diharamkan kebaikannya kecuali ia benar-benar terhalang -mahrum-.”
Al qur’an dan
hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan
boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir
Ramadhan. Sebagaimana sabda Nabi saw.:
“التمسوها في العشر
الأواخر من رمضان“.
“Carilah
lailatul qadar di sepuluh terakhir Ramadhan.”
Pertanyaan
berikutnya, apakah lailatul qadar di seluruh sepuluh akhir Ramadhan atau di
bilangan ganjilnya saja? Banyak hadits yang menerangkan lailatul qadar berada
di sepuluh hari terakhir. Dan juga banyak hadits yang menerangkan lailatul
qadar ada di bilangan ganjil akhir Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda:
“التمسوها في العشر
الأواخر وفي الأوتار”
“Carilah
lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dan di bilangan ganjil.”
“إن الله وتر يحب الوتر”
“Sesungguhnya
Allah ganjil, menyukai bilangan ganjil.”
Oleh karena
itu, kita rebut lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadhan, baik di
bilangan ganjilnya atau di bilangan genapnya. Karena tidak ada konsensus atau
ijma’ tentang kapan turunya lailatul qadar.
Di kalangan
umat muslim masyhur bahwa lailatul qadar itu turun pada tanggal 27 Ramadhan,
sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Umar radhiyallahu
anhum. Akan tetapi sekali lagi tidak ada konsensus pastinya.
Sehingga imam
Ibnu Hajar dalam kitab “Fathul Bari” menyebutkan, “Paling tidak ada 39 pendapat
berbeda tentang kapan lailatul qadar.”
Ada yang
berpendapat ia turun di malam dua puluh satu, ada yang berpendapat malam dua
puluh tiga, dua puluh lima, bahkan ada yang berpendapat tidak tertentu. Ada
yang berpendapat lailatul qadar pindah-pindah atau ganti-ganti, pendapat lain
lailatul qadar ada di sepanjang tahun. Dan pendapat lainnya yang berbeda-beda.
Untuk lebih
hati-hati dan antisipasi, hendaknya setiap manusia menghidupkan sepuluh hari
akhir Ramadhan.
Apa yang
disunnahkan untuk dikerjakan pada sepuluh hari akhir Ramadhan?
Adalah
qiyamullail, sebelumnya didahului dengan shalat tarawih dengan khusyu’.
Qira’atul qur’an, dzikir kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, tahmid dan
takbir, istighfar, do’a, shalawat atas nabi dan melaksanakan kebaikan-kebaikan
yang lainnya.
Lebih khusus
memperbanyak do’a yang ma’tsur:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْت
: يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَرَأَيْت إنْ
عَلِمْت أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، مَا
أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ
: قُولِي : اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Seperti yang
diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa beliau berkata: “Saya berkata: Wahai Rasul, apa
pendapatmu jika aku mengetahui bahwa malam ini adalah lailatul qadar, apa yang
harus aku kerjakan? Nabi bersabda: “Ucapkanlah: “Allahumma innaka afuwwun
tuhibbul afwa fa’fu ‘anni.” (Ya Allah, Engkau Dzat Pengampun, Engkau mencintai
orang yang meminta maaf, maka ampunilah saya.” (Ahmad dan disahihkan oleh
Al-Albani)
Patut kita
renungkan, wahai saudaraku muslim-muslimah: “Laa takuunuu Ramadhaniyyan,
walaakin kuunuu Rabbaniyyan. Janganlah kita menjadi hamba Ramadhan, tapi
jadilah hamba Tuhan.” Karena ada sebagian manusia yang menyibukkan diri di
bulan Ramadhan dengan keta’atan dan qiraatul Qur’an, kemudian ia meninggalkan
itu semua bersamaan berlalunya Ramadhan.
Kami katakan
kepadanya: “Barangsiapa menyembah Ramadhan, maka Ramadhan telah mati. Namun
barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan pernah
mati.”
Allah cinta
agar manusia ta’at sepanjang zaman, sebagaimana Allah murka terhadap orang yang
bermaksiat di sepanjang waktu.
Dan karena
kita ingin mengambil bekalan sebanyak mungkin di satu bulan ini, untuk
mengarungi sebelas bulan selainnya.
Semoga Allah
swt. menerima amal kebaikan kita. Amin
No comments:
Post a Comment